Sabtu, 16 Oktober 2010

Etalase Peradaban dalam pergulatan orientasi seksual

Layaknya tatanan suci bersih dari noda dan dosa begitulah doktrin agama mengagungkan ajarannya menghegemoni setiap ruang hidup manusia. Semua manusia yang hidup di dunia harus patuh dan taat terhadap doktrin dari salah satu agama yang dianutnya tanpa melihat apakah sang penganut nyaman atau tidak nyaman atau bisa jadi menjadi siksaan dalam hidupnya.   


Layaknya tatanan tuhan semuanya penuh aturan yang telah ditetapkan manusiapun harus patuh dan taat kepada aturan yang di tetapkan sebagai wujud ketaqwaan, mungkinkah kataqwaan yang dipilih dalam keadaan sadar menggunakan nalar kritis selaku manusia yang utuh ciptaan tuhan? Atau ketaqwaan yang penuh paksaan mengesamping nilai-nilai kemanusiaan seperti  manusia laksana kerbau yang di tarik oleh dogmatis ajaran , mungkinkan ini ajaran tuhan?  

Layaknya tatanan yang sejati maka semuanya di sempurnakan, kemudian teori kesempurnaan di kawinkan dengan teori normalitas maka kemudian ketika kita bicara sempurna akan identik dengan normal. Misalkan saja manusia yang sempurna yang memiliki organ tubuh yang lengkap dan dengan tingkat integensi yang tinggi maka dia dikatakan sempurna dan normal, kemudia doktrin agamapun mengajarkan tentang kesempurnaan dan kenormalan maka doktrin agamapun tidak bisa lepas dari sempurna dan tidak sempurna atau normal dan tidak normal. Mungkinkan itu ajaran tuhan ?  

Berangkat dari kesempurnaan dan kenormalan maka orientasi seksualpun tak lepas dari doktrin agama, manusia yang dianggap normal dan sempurna dalam doktrin agama adalah manusia suka dengan lawan jenisnya bukan sesama jenis, dalam bahasa hari ini sering disebut dengan heteroseksual. Heteroseksual adalah normal dan sempurna dalam doktrin agama, sedangkan manusia yang memilih orientasi seksual yang berbeda maka dia akan di labelkan dengan tidak normal dan tidak sempurna alias sakit atau apa?. Berangkat dari ini semua mungkin ajaran tuhan seperti itu ?  

Kalaulah kita boleh berdialektika dengan pikiran-pikiran kita untuk mencari kebenaran bukan pembenaran, jika mengiyakan dari pernyataan dan pertanyaan di atas muncul pernyataan mengapa tuhan mendiskriminasikan ciptaannya padahal tuhan itu maha sempurna, pengasih dan penyayang, Tidaklah mungkin tuhan mengajarkan diskriminasi terhadap makhluknya apalagi sampai pada kekerasan. Atau ini doktrin agama dimana manusia yang membuatnya di selimuti dengan kepentingan belaka, munkin juga ini manusia yang memaksakan kehendakknya atas nama tuhan….. 

Wates,16 Oktober 2010   By : Ahmad Sarkawi

Tidak ada komentar: