Senin, 11 April 2011

biarkan aku tenang

suara angin menyapu laksa mencari makna, tak ada kata yang dapatku ceritakan padamu. aku ingin meraba jiwamu untuk menelaah ketulusan dan keikhlasan yang pernah kau ucapkan.

19 maret malam aku meninggalkan jogja, untuk menterjemahku hidup dalam bingkai kasih yang tertutup awan. belantara menyambutku bersama malam yang membisu, tak ada kata yang bermakna kawan, kelelahanpun bukan hanya ragaku tapi jiwaku. mungkin bukan aku yang mampu menebak teka-teki ini, aku ingin malam cepat berlalu mungkin esok matahari akan menyambutku dengan indah.
20 maret kembali aku terjaga dalam lamunan panjang. aku semakin jauh denganmu hitam putih jalanpun semakin jelas, sesaknya nafasku menahan berjuta asa tanpa makna, menebak teka-teki yang tak berakhir. ruang malampun berubah menjadi bingkai kesunyian yang akan menemaniku malam ini. kelu dan bisu itulah yang bisa kuperbuat untukmu, mungkin dengan kebisuanku itu akan menjadi indah untukmu.

21 maret kunikmati kesendirianku, kubuka tabir di kamarku dan kumatikan ac, merebahkan badan diperaduan menatap langit-langit kamar yang tersusun rapi dan indah. air matapun membanjiri kesendirianku isak tangispun tak mungkin kuhindari, hampir 120 menit aku menjelajah angan memaknai penjalanan hidup ini. malam menjemputku aku hanya bisa membeku seperti patung batu yang ada dikamarku.

22 maret haruskah kumenangis, haruskah kutersenyum, haruskah kuberteriak. mulai hari ini akupun tak bermakna untuk siapapun.

yogyakarta, 11 April 2011

Tidak ada komentar: