Minggu, 14 Maret 2010

sepenggal percakapanku dengan emak

kamis sebelas maret, kerinduan pada sang ibu tak tertahankan laksana air yang meluap membanjiri ruang dimensi bumi. ibu yang selalu menanti kedatangaku untuk mencium keningku pertanda kasih sayangnya yang tak terhingga, malam ini aku mengambil ponselku untuk melepaskan rinduku pada sang ibu, berikut adalah percakapanku dengan ibu dalam bahasa daerahku :

aku : Assalamu'alaikum, mak...mak...mak. (air mataku mulai mengalir)

emak : Waalaikusalam, ine kabarnu wi..... (suara ibu yang arif dan sabar selalu menyambutku) mak sehat, nu sehatkan. udem mumei ati? keme nano lapen pucuk ngen lema. {waalaikum salam, apa kabarmu wi.... emak sehat, kamu sehatkan. sudah makan belum? kami udah makan lauknya sayur dan ikan campur.

aku : kabarku sehat mak, udem mumei nano. baik nien lapen ne uku bi'han coa mu' lema idea asei ne ngen lema. mak coa buleah sakit harus sehat terus, bekerjo dakmi lita ige, amen asei bi litak strahat dakmi nepakso.{kabarku sehat emak, sudah makan beberapa jam yang lalu. enak lauknya, aku sudah lama tidak makan ikan campur rindu rasanya dengan ikan campur. emak gak boleh sakit harus sehat selalu, kerja jangan terlalu capek, kalau terasa capek mesti istirahat jangan di paksa}

emak : amen ade taci imet-imet, cekpo kuliah nu jijei ati? mak nak sadei dakmi niker ige, idup nak ratau atei-atei au. mak cuman pacak kmirim doa {kalau ada uang hemat-hemat, gimana kuliahmu sudah berjalan? emak di kampung janga terlalu dipikirkan, hidup di rantau mesti hati-hati. emak hanya bisa mengirim doa}

itulah sepenggal percapakapanku kamis sebelas maret, ibuku tak berhenti menangis kalau aku lagi menelpon. dari kelas orang yang tidak mampu dari keluarga yang miskin aku berjuang untuk meraih hidupku dengan doa sang ibu, walaupun sarjana ada di pundakku tapi aku belum bisa memberikan apapun kepada ibu yang aku sayangi. hampir tiga tahun aku di tanah jawa yang jauh dari kampung halamanku berjuang untuk melanjutkan studiku tapi belum juga kesampaian, semangatku terus membara tak pernah luluh untuk terus melanjutkan studiku. mudah-mudahan aku bisa membahagiakan ibu tercinta.

walaupun sebenarnya ada cerita yang hendakku sampaikan dengan ibu tapi itu tidak mungkin, aku masih bisa mengirup udara jakarta ini dengan tersengal-sengal, aku kuat dan aku adalah manusia tangguh.

1 komentar:

dede -pecinta lelaki ganteng- mengatakan...

mantap...jadi kangen juga sama ibuku ka,